A. Bina' Dan Macamnya
Bina’ Shahih
Bina’ Shahih
adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri
dari Huruf Illat ( و – ا – ي ),
bukan Huruf Hamzah ( ء ), juga ‘ain fi’il dan lam
fi’ilnya bukan huruf kembar.
Contoh:نَصَرَ
– ضَرَبَ – فَتَحَ
Pengertian
huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong
Fi’il Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan
golongan Fi’il Ruba’i, tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan
Lam Fiil Kedua.
Bina’ Mudha’af
Bina’ Mudha’af
adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf kembar.
Contoh:مَدَّ – قَرَّ – دَلَّ
Adapun Mudho’af
untuk Fi’il Ruba’iy adalah Kalimah yang Fa’ fiil dan Lam fi’il pertama terdiri
dari huruf kembar dan Ain fi’il dan Lam fi’il kedua juga terdiri dari huruf
sama kembar. contoh:قَلْقَلَ – وَسْوَسَ – طَأْطَأَ
Demikian ini, di
dalam Ilmu Tashrif ada Kalimah semisal contoh فَرَّحَ tidak dinamakan Bina’ Mudha’af sekalipun dua huruf
yang sama berkumpul, karena huruf yang kedua adalah huruf zaidah/tambahan. Jadi
dapat disimpulkan: untuk menentukan Bentuk Bina’ pada tiap Kalimah, harus
dilihat dari sebelum ada huruf tambahan. sebagimana lafadz فَرَّحَ sebelum adanya tambahan asal bentuknya adalah فَرَحَ
Bina’ Mahmuz
Bina’ Mahmuz
artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila posisi
Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’.
Contoh:أَمَلَ
Apabila Huruf
Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain.
Contoh : سَأَلَ
Apabila Huruf
Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam.
Contoh : قَرَأَ
Perlu
diingat:
- Pengertian Huruf Hamzah, termasuk juga Alif yang
mempunyai Harakah/syakal. Artinya, setiap Alif yang diberi Harakat,
menurut Ahli Nahwu juga dinamakan Hamzah.
- Bentuk Bina’ pada Fi’il Ruba’i (Kalimah Asal
empat huruf), hanya ada dua bentuk Bina’, yaitu Bina’ Shahih dan Bina’
Mudho’af.
Bina’ Mitsal
Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah
yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat. Apabila Huruf ‘Illat-nya berupa huruf wau
(و)
maka dinamakan:
Bina’ Mitsal Wawi. contoh: وَعَدَ – وَضَعَ – وَجِلَ
Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ (ي), maka
dinamakan:
Bina’
Misal Ya-i. contoh: يَسَرَ – يَبِسَ – يَفَعَ
Bina’ Ajwaf
Pengertian
Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya berupa huruf
‘illah. Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau (و)
maka dinamakan:
Bina Ajwaf wawiy contohnya: صَانَ – قَالَ – خَافَ
ِِAsal bentuk huruf nya adalah صون – قول – خوف
Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf
‘Illah ya’ (ي), maka disebut:
Bina’ Ajwaf Yaiy contohnya: سَارَ – هَابَ – بَاعَ
Asal bentuk huruf nya adalah سير – هيب – بي
Bina’ Naqish
Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah:
Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika huruf illat nya wau, dinamakan
Bina’ Naqish Wawi contoh : غَزَا – سَرُوَ – رَجَا
Asal bentuknya: غزو – رجو
Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i
contohnya: سَرَى – رَمَى – رَضِيَ
Asal bentuk nya سري – رمي
Bina’ Lafif
Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua
huruf nya terdiri dari huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana
menempati pada Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan Bina’ Lafif Mafruq contoh nya
: وَقَى – وَجِيَ – وَلَى
ِAsalnya : وقي – ولي
Apabila kedua
huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’ Lafif
Maqrun contoh nya : شَوَى – قَوِيَ – رَوِيَ
Kaidah
I’lal Ke 1 » Wawu/Ya’ diganti Alif
إذَا
تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَ فَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فِيْ
كَلِمَتَيْهِمَا أُبْدِلَتَا آلِفًا مِثْلُ صَانَ أَصْلُهُ صَوَنَ وَبَاعَ
أَصْلُهُ بَيَعَ.
Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah
Fathah dalam satu kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif
seperti contoh صَانَ asalnya صَوَنَ , dan بَاعَ asalnya بَيَعَ .
Praktek I’lal :
صَانَ asalnya صَوَنَ ikut
pada wazan فَعَلَ. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf
berharkah Fathah, maka menjadi
صَانَ.
بَاعَ asalnya بَيَعَ ikut pada wazan فَعَلَ. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah
Fathah, maka menjadi بَاعَ.
غَزَا asalnya غَزَوَ ikut pada wazan فَعَلَ.
Wawu diganti Alif karena ia
berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا.
رَمَىْ asalnya رَمَيَ ikut pada wazan فَعَلَ. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf
berharkah Fathah, maka menjadi
رَمَيَ.
(*Alif pada lafazh رَمَىْ dinamakan
Alif Layyinah).
Perhatian:
1. Kaidah ini berlaku pada Wau
atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan asli atau baru, maka
tidak boleh dirubah. Contoh دَعَوُاالْقَوْمَ .
- Apabila
setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:
- Jika
Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal,
karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: بَيَانٌ, طَوِيْلٌ,
خَوَرْنَقٌ.
- Jika
Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah
I’lal ini. Contoh يَخْشَوْنَ
asalnya يَخْشَيُوْنَ . Namun
disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif
dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal.
Contoh: رَمَيَا, عَلَوِيٌّ, غَزَوَ
Kaidah I’lal ke 2 »
Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca huruf Wau/Ya’ Bina’ Ajwaf, dipindah pada
huruf sebelumnya.
الْوَاوُ
وَالْيَاءُ عَيْنًا مُتَحَرِّكَةً مِنْ أَجْوَفٍ وَكَانَ مَا قَبْلَهُمَا سَاكِنًا
صَحِيْحًا نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا إلىَ مَا قَبْلَهَا, إِذَا وَقَعَتِ نَحْوُ
يَقُوْمُ أَصْلُهُ يَقْوُمُ, يَبِيْعُ أَصْلُهُ يَبْيِعُ.
Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il
Bina’ Ajwaf dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun,
maka harakat wawu atau ya’ tsb harus dipindah pada
huruf sebelumnya. Contoh: يَقُوْمُ asalnya يَقْوُمُ dan يَبِيْعُ asalnya يَبْيِعُ.
Praktek I’lal:
يَقُوْمُ
يَقُوْمُ asalnya يَقْوُمُ ikut pada wazan يَفْعُلُ . harkah wawu dipindah pada huruf
sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg
mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjad iيَقُوْمُ
يَبِيْعُ
يَبِيْعُ asalnya يَبْيِعُ ikut pada wazan يَفْعِلُ harkah Ya’ dipindah
pada huruf sebelumnya, karena Ya’-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih
yg mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi يَبِيْعُ
Perhatian:
Perpindahan
Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya’ tersebut dalam Kaidah ini,
tidak berlaku apabila setelah Wawu atau Ya’ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan.
Contoh: يَسْوَدُّ
Kaidah I’lal Ke 3 » Wawu/Ya’
dibelakang Alif Zaidah diganti Hamzah, pada Ain Fi’il Isim Fa’il atau akhir
Isim Masdar
إِذَا
وَقَعَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَ آلِفٍ زَائِدَةٍ أُبْدِلَتَا هَمْزَةً
بِشَرْطِ أَنْ تَكُوْنَا عَيْنًا فِيْ اسْمِ الْفَاعِلِ وَطَرَفًا فِيْ مَصْدَرٍ,
نَحْوُ صَائِنٌ أَصْلُهُ صَاوِنٌ, سَائِرٌ أَصْلُهُ سَايِرٌ, لِقَاءٌ أَصْلُهُ
لِقَايٌ.
Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka
harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain
Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir kalimah bentuk masdar.
Contoh: صَائِنٌ asalnya صَاوِنٌ dan سَائِرٌ asalnya سَايِرٌ dan لِقَاءٌ asalnya لِقَايٌ
Praktek I’lal:
صَائِنٌ
صَائِنٌ asalnya صَاوِنٌ ikut pada wazan فَاعِلٌ . wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah
Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi صَائِنٌ
سَائِرٌ
سَائِرٌ asalnya سَايِرٌ ikut pada
wazan فَاعِلٌ . Ya’ diganti
Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il,
maka menjadi سَائِرٌ
عَطَاءٌ
عَطَاءٌ asalnya عَطَاوٌ ikut pada wazan فَعَالٌ wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah
Alif Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi عَطَاءٌ .
لِقَاءٌ
لِقَاءٌ asalnya لِقَايٌ ikut pada wazan فِعَالٌ Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada
akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi لِقَاءٌ .
Kaidah I’lal ke 4 » Wau diganti Ya’ karena
berkumpul dalam satu kalimah dan yg pertama sukun
إِذَا
اجْتَمَعَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ فِيْ كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ وَسَبَقَتْ اِحْدَاهُمَا
بِالسُّكُوْنِ اُبْدِلَتِ الْوَاوُ يَاءً وَاُدْغِمَتِ الْيَاءُ اْلأُوْلَى فِي
الثَّانِيَّةِ نَحْوُ مَيِّتٌ أَصْلُهُ مَيْوِتٌ وَمَرْمِيٌّ أَصْلُهُ مَرْمُوْيٌ.
Apabila wau dan ya’ berkumpul
dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti
ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang kedua. Contoh lafadz مَيِّتٌ asalnya adalah مَيْوِتٌ dan مَرْمِيٌّ asalanya adalah مَرْمُوْيٌ
Praktek I’lal:
مَيِّتٌ
مَيِّتٌ asalnya مَيْوِتٌ mengikuti wazan فَيْعِلٌ . wau diganti ya’ karena berkumpul dalam
satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi مَيْيِتٌ. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua
karena satu jenis, maka menjadi
مَيِّتٌ
مَرْمِيٌّ
مَرْمِيٌّ asalnya مَرْمُوْيٌ mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ . wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu kalimah dan salah
satunya didahului dengan sukun, maka menjadi مَرْمُيْيٌ. Kemudian ya’
yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi مَرْمِيٌّ
Kaidah
I’lal ke 5 » Harakah Dhammah wau atau ya’ di akhir kalimah diganti Sukun
إِذَا
تَطَرَّفَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ وَكَانَتَا مَضْمُوْمَةً اُسْكِنَتَا نَحْوُ
يَغْزُوْا أَصْلُهُ يَغْزُوُ وَيَرْمِيْ أَصْلُهُ يَرْمِيُ
Apabila Wau atau Ya’ menempati
ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka disukunkan. Contoh: يَغْزُوْا
asalnya يَغْزُوُ dan يَرْمِيْ asalnya يَرْمِيُ
Praktek I’lal:
يَغْزُوْ
يَغْزُوْ asalnya يَغْزُوُ
mengikuti wazan يَفْعُلُ . Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah, maka
disukunkan menjadi يَغْزُوْ.
يَرْمِيْ
يَرْمِيْ asalnya يَرْمِيُ mengikuti wazan
يَفْعُلُ . Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah, maka disukunkan
menjadi يَرْمِيْ.
Perhatian:
غَازٍ
غَازٍ asalnya غَازِوٌ mengikuti wazan فَاعِلٌ . Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah kasrah, maka
menjadi غَازِيٌ, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas Ya’
maka menjadi غَازٍيْ, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu
Ya’ dan Tanwin, maka menjadi غَازٍ
سَارٍ
سَارٍ asalnya سَارِيٌ
mengikuti wazan فَاعِلٌ . Ya’ disukunkan karena beratnya harakah dhammah atas Ya’ maka
menjadi سَارٍيْ, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu
Ya’ dan Tanwin, maka menjadi سَارٍ
اَوَاقٍ
اَوَاقٍ asalnya وَوَاقِيُ
mengikuti wazan فَوَاعِلُ wau pada fa’ fi’il diganti Hamzah, karena kedua wau berkumpul
dalam satu kalimah, maka menjadi اَوَاقِيْ. Kemudian Ya’ dibuang untuk
meringankannya, maka menjadi اَوَاقِ. Dan didatangkanlah tanwin sebagai
pengganti dari Ya’ yang dibuang, maka menjadi اَوَاقٍ
Kaidah I’lal
ke 6 » Wau akhir kalimah empat huruf atau lebih, diganti Ya’
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ رَابِعَةً فَصَاعِدًا فِي الطَّرْفِ
وَلَمْ يَكُنْ مَا قَبْلَهَا مَضْمُوْمًا أُبْدِلَتِ الْوَاوُ يَاءً نَحْوُ
يُزَكِّيْ أَصْلُهُ يُزَكِّوُ وَ يُعَاطِيْ أَصْلُهُ يُعَاطِوُ
Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan
sebelum wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya’.
Contoh: يُزَكِّيْ asalnya يُزَكِّوُ dan يُعَاطِيْ asalnya يُعَاطِوُ.
Praktek I’lal:
يُزَكِّيْ
يُزَكِّيْ asalnya يُزَكِّوُ
mengikuti wazan يُفَعِّلُ wau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat huruf
dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi يُزَكِّيْ
يُعَاطِيْ
يُعَاطِيْ asalnya يُعَاطِوُ
mengikuti wazan يُفَاعِلُ wau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat huruf
dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi يُعَاطِيْ
Perhatian:
مَعْطًى
مَعْطًى asalnya مُعْطَوًا ikut wazan مًفْعَلاً
. wau diganti ya’, karena berada pada akhir
kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi مُعْطَيًاkemudian ya’ diganti alif karena berharkah jatuh sesudah
harkah fathah, maka menjadiمُعْطًىاْ kemudian alif dibuang
untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi مَعْطًى
Membuang Wau
setelah Huruf Mudhara’ah diantara Fathah dan Dhammah
اِذَا
وَقَعَتِ الْوَاوُ بَيْنَ الْفَتْحَةِ وَالْكَسْرَةِ الْمُحَقَّقَةِ وَقَبْلَهَا
حَرْفُ الْمُضَارَعَةِ تُحْذَفْ نَحْوُ يَعِدُ أَصْلُهُ يَوْعِدُ و يَئِدُ
أَصْلُهُ يَوْئِدُ
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya
ada huruf mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: يَعِدُ asalnya يَوْعِدُ
dan يَئِدُ
asalnya يَوْئِدُ
Praktek I’lal:
يَعِدُ
يَعِدُ asalnya يَوْعِدُ
mengikuti wazan يَفَعِلُ . wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan
sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi يَعِدُ
يَضَعُ
يَضَعُ asalnya يَوْضِعُ
mengikuti wazan يَفَعِلُ . wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan
sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi يَضِعُ. Kemudian Dhad-nya difathahkan untuk
meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain, maka menjadi يَضَعُ
Perhatian:
- Huruf Mudhara’ah : أ – ن – ي – ت
- Huruf Halaq : أ – ح – خ – ع – غ – هـ
- Huruf Ithbaq : ص – ض – ط – ظ
Kaidah I’lal ke 8 » Wau setelah
harkah kasrah diganti Ya’
إذَا
وَقَعَتِ الْوَاوُ بَعْدَ كَسْرَة فِيْ اسْمٍ أوْ فِعْلٍ أُبْدِلَتْ يَاءً نَحْوُ
يُزَكِّيْ أَصْلُهُ يُزَكِّوُ وَ غَازٍ أَصْلُهُ غَازِوٌ
Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah
Isim atau Kalimah Fi’il, maka Wau tersebut harus diganti Ya’. Contoh: يُزَكِّيْ
asalnya يُزَكِّوُ dan غَازٍ
asalnya غَازِوٌ
Praktek I’lal:
يُزَكِّيْ
يُزَكِّيْ asalnya يُزَكِّوُ
ikut wazan يُفَعِّلُ , wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah kasrah, maka
menjadi يُزَكِّيْ
غَازِ
Kaidah I’lal
ke 9 » Huruf Illah Wau/Ya’ dibuang untuk menolak bertemu-nya dua
huruf mati
إذَا
لَقِيَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ السَّاكِنَتَانِ بحَرْفٍ سَاكِنٍ آخَرَ حُذِفَتَا
بَعْدَ اَنْ نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا اِلَى مَا قَبْلَهُمَا نَحْوُ صُنْ أَصْلُهُ
أُصْوُنْ وَ سِرْ أَصْلُهُ اِسْيِرْ.
Bilamana ada Wau atau
Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau Ya’ tersebut
dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya’) kepada huruf
sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: صُنْ asalnya أُصْوُنْ
dan سِرْ
asalnya اِسْيِرْ
Praktek I’lal:
صُنْ
صُنْ asalnya أُصْوُنْ mengikuti wazan اُفْعُلْ, harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena Wau
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya
mengucapkan, maka menjadi اُصُوْنْ, maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi اُصُنْ, kemudian
Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi صُنْ
سِرْ
سِرْ asalnya اِسْيِرْ mengikuti wazan اِفْعِلْ,
harkah Ya’ dipindah ke huruf sebelumnya, karena Ya’ berharkah dan sebelumnya ada
huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya
mengucapkan, maka menjadi اِسِيْرْ, maka Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya
dua mati/sukun, maka menjadi اِسِرْ, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena
tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi سِرْ
Kaidah I’lal ke 10 » Dua huruf
sejenis/hampir sama makhraj-nya harus di-idghamkan
ِاِذَا
اجْتَمَعَ فِيْ كَلِمَةٍ حَرْفَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ أَوْ مُتَقَارِبَانِ فِي
الْمَخْرَجِ يُدْغِم اْلأَوَّلُ فِي الثَّانِيْ بَعْدَ جَعْلِ الْمُتَقَارِبَيْن
مِثْلَ الثَّانِيْ لِثَقْلِ الْمُكَرَّرِ نَحْوُ مَدَّ أصْلُهُ مَدَدَ وَ مُدِّ
أَصْلُهُ اُمْدُدْ وَ اتَّصَلَ أَصْلُهُ اِوْتَصَلَ
Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul
dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf yang
kedua,–ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan
huruf yg kedua (lihat kaidah i’lal ke 18 insyaallah)–, karena beratnya
pengulangan/memilah-milahnya. contoh مَدَّ asalnya مَدَدَ dan مُدِّ asalnya اُمْدُدْ, dan اتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ.
Praktek I’lal:
مَدَّ
مَدَّ asalnya مَدَدَ ikut pada wazan فَعَلَ, huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan
syarat Idgham, maka menjadi مَدْدَ,
kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka
menjadi مَدَّ
مُدِّ/مُدَّ/مُدُّ
مُدِّ/مُدَّ/مُدُّ asalnya اُمْدُدْ mengikuti wazan اُفْعُلْ, harkah Dal yang pertama dipindah pada
huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi اُمُدْدْ,
bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi harkah
untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah kasrah karena
kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi harkah, berilah harkah kasrah”.
atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau diberi harkah
dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il mudhari’nya, maka
menjadi اُمُدْدِ/اُمُدْدَ/اُمُدْدُ, kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan
pada Dal yg kedua maka menjadi اُمُدِّ/اُمُدَّ/اُمُدُّ, kemudian
Hamzah Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi مُدِّ/مُدَّ/مُدُّ.
اتَّصَلَ
Praktek I’lal untuk
lafazh اتَّصَلَ ada pada Kaidah
I’lal ke 18, InsyaAllah. tunggu update.
Kaidah I’lal
ke 11 » Dua Hamzah berkumpul yang kedua diganti huruf yg sesuai dengan
Harakah sebelumnya
الْهَمْزَتَانِ
اِذَا الْتَقَتَا فِيْ كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ ثَانِيَتُهُمَا سَاكِنَةٌ وَجَبَ
اِبْدَالُ الثّانِيَةِ بِحَرْفٍ نَاسَبَ اِلَى حَرْكَةِ اْلأُوْلَىْ نَحْوُ آمَنَ
اَصْلُهُ أَأْمَنَ وَ أُوْمُلْ اَصْلُهُ أُؤْمُلْ وَ اِيْدِمْ اَصْلُهُ إِئْدِمْ.
Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam
satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan
huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama. contoh آمن asalnya أأمن dan أومل asalnya أؤمل.
Praktek I’lal:
آمَنَ
َآمَن asalnya أَأْمَنَ
mengikuti wazan أَفْعَلَ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun,
maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya
ber-harkah fathah. maka menjadi آمَنَ
أُوْمُلْ
ْأُوْمُل asalnya أُؤْمُل mengikuti wazan أُفْعُلْ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua
sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya
ber-harkah dhammah. maka menjadi أُوْمُل
اِيْدِمْ
ْاِيْدِم asalnya إئْدِم mengikuti wazan اِفْعِلْ berkumpul dua Hamzah dalam
satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya’,
karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah kasrah. maka menjadi اِيْدِم.
خُذْ
خُذْ asalnya أُأْخُذ mengikuti wazan أُفْعُلْ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua
sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya
ber-harkah dhammah. maka menjadi أُوْخُذ kemudian wau-nya
dibuang untuk meringankan ucapan, maka menjadai أُخُذ selanjutnya hamzah-nya dibuang karena
sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi خُذْ
Perhatian :
Wau pada lafazh أُوْخُذ dibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh أُوْمُل cukup tanpa
membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi’il amar-nya lafazh مَالَ
– يَمُوْلُ
– مُلْ .
Kaidah I’lal
ke 12 » Wau atau Ya sukun bukan asli jatuh setelah Fathah diganti Alif
إِنَّ
الْوَاوَ وَالْيَاءَ السَّاكِنَتَيْنِ لاَ تُبْدَلاَنِ آلِفًا إِلاَّ إِذَا كَانَ
سُكُوْنُهُمَا غَيْرَ أَصْلِيٍّ بِأَنْ نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمُا اِلَى مَا
قَبْلَهُمَا نَحْوُ أَجَابَ أَصْلُهُ أَجْوَبَ وَ أَبَانَ أَصْلُهُ أَبْيَنَ.
Wau atau ya’ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali
jika sukunnya tidak asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf
sebelumnya– (lihat kaidah ilal ke 2). Contoh: أَجَابَ asalnya أَجْوَبَ dan أَبَانَ asalnya أَبْيَنَ.
Praktek I’lal:
أَجَابَ
أَجَابَ asalnya أَجْوَبَ mengikuti wazan أَفْعَلَ harkah wau dipindah pada huruf
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena
beratnya mengucapkan, maka menjadi أَجَوْبَ (lihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian wau diganti alif,
karena asalnya wau berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi أَجَابَ.
أَبَانَ
أَبَانَ asalnya أَبْيَنَ mengikuti wazan أَفْعَلَ harkah Ya’ dipindah pada huruf
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena
beratnya mengucapkan, maka menjadi أَبَيَْنَ (lihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian Ya’ diganti
Alif, karena asalnya Ya’ berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah
(lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi أَبَانَ.
Kaidah I’lal
ke 13 » Wau akhir isim mutamakkin setelah dhammah diganti ya’
إِذَا
وَقَعَتِ الْوَاوُ طَرْفًا بَعْدَ ضَمٍّ فِيْ اسْمٍ مُتَمَكِّنٍ فِي اْلأَصْلِ
أُبْدِلَتْ يَاءً فَقُلِبَتِ الضَّمَّةُ كَسْرَةً بَعْدَ تَبْدِيْلِ الْوَاوِ
يَاءً نَحْوُ تَعَاطِيًا أَصْلُهُ تَعَاطُوًا وَ تَعَدِّيًا أَصْلُهُ تَعَدُّوًا.
Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah
didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tsb
diganti ya’, kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh: تَعَاطِيًا asalnya تَعَاطُوًا dan تَعَدِّيًا asalnya تَعَدُّوًا.
Praktek I’lal:
تَعَاطِيًا
تَعَاطِيًا asalnya تَعَاطُوًا mengikuti wazan تَفَاعُلاً wau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan
sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi تَعَاطُيًًا kemudian
huruf Tha’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’. Maka menjadi تَعَاطِيًا.
تَعَدِّيًا
تَعَدِّيًا asalnya تَعَدُّوًا mengikuti wazan تَفَاعُلاً wau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan
sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi تَعَدُّيًًا kemudian huruf Dal’nya dikasrahkan untuk
memantaskan Ya’. Maka menjadi
تَعَدِّيًا.
Kaidah I’lal ke 14 » Ya’ sukun
setelah dhammah harus diganti wau
إِذَا
كَانَتِ الْيَاءُ سَاكِنَةً وَكَانَ مَا قَبْلَهَا مَضْمُوْمًا أُبْدِلَتْ وَاوًا
نَحْوُ يُوْسِرُ أَصْلُهُ يُيْسِرُ وَ مُوْسِرٌ أَصْلُهُ مُيْسِرٌ
Bilamana terdapat Ya’ sukun dan sebelumnya ada huruf yang
didhammahkan maka ya’ tersebut harus diganti wau. contoh: يُوْسِرُ asalnya يُيْسِرُ dan مُوْسِرٌ asalnya مُيْسِرٌ
Praktek I’lal:
يُوْسِرُ
يُوْسِرُ asalnya يُيْسِرُ mengikuti wazan يُفْعِلُ ya’ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada
huruf yang didhammahkan, maka menjadi يُوْسِرُ.
مُوْسِرٌ
مُوْسِرٌ asalnya مُيْسِرٌ mengikuti wazan مُفْعِلٌ ya’ diganti wau karena ia sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi مُوْسِرٌ.
Isim
Maf’ul dari Fi’il Mu’tal ‘Ain, Wau Maf’ulnya dibuang menurut Imam Sibawaihi »
Kaidah I’lal ke 15
إِنَّ
اسْمَ الْمَفْعُوْلِ إذَا كَانََََ مِنْ مُعْتَلِّ الْعَيْنِ وَجَبَ حَذْفُ وَاوٍ
الْمَفْعُوْلِ مِنْهُ عِنْدَ سِيْبَوَيْهِ نَحْوُ مَصُوْنٌ أَصْلُهُ
مَصْوُوْنٌ وَ مَسِيْرٌ أَصْلُهُ مَسْيُوْرٌ
Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il
Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf) maka wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam
Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya). contoh: مَصُوْنٌ asalnya مَصْوُوْنٌ dan مَسِيْرٌ asalnya مَسْيُوْرٌ
Praktek I’lal:
مَصُوْنٌ
مَصُوْنٌ asalnya مَصْوُوْنٌ
mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya
karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka
menjadi مَصُوْوْنٌ (lihat i’lal
ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya
mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi مَصُوْنٌ .
مَسِيْرٌ
مَسِيْرٌ asalnya مَسْيُوْرٌ mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ harkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi مَسُيْوْرٌ (lihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya’
dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut
Imam Sibawaehi)maka menjadi مَسِيْرٌ
Qawaid al-I’lal ke 16 » Huruf
Ta’ pada wazan افتعل diganti Tha’
إِذَا
كَانَ الْفَاءُ اِفْتَعَلَ صَادًا أَوْ ضَادًا أَوْ طَاءً أَوْ ظَاءً قُلِبَتْ
تَاؤُهُ طَاءً لِتَعَسُّرِ النَّطْقِ بِهَا بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ وَإِنَّمَا
تُقْلَبُ التَّاءُ بِالطَّاءِ لِقُرْبِهِمَا مَخْرَجًا نَحْوُ اِصْطَلَحَ أَصْلُهُ
اِصْتَلَحَ وَ اِضْطَرَبَ أَصْلُهُ اِضْتَرَبَ.
Bilamana Fa’ Fi’il kalimah wazan اِفْتَعَلَ berupa huruf Shad, atau
Dhad, atau Tha’, atau Zha’ (huruf Ithbaq), maka huruf Ta’ yg jatuh sesudah
huruf Ithbaq tersebut harus diganti Tha’, demi mudahnya mengucapkannya.
Digantinya Ta’ dengan Tha’ karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: اِصْطَلَحَ asalnya اِصْتَلَحَ dan اِضْطَرَبَ asalnya اِضْتَرَبَ
Praktek
I’lal:
اِصْطَلَحَ
اِصْطَلَحَ asalnya اِصْتَلَحَ mengikuti wazan
اِفْتَعَلَ Ta’ diganti
Tha’ karena demi mudahnya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq
dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِصْطَلَحَ.
اِضْطَرَبَ
اِضْطَرَبَ asalnya اِضْتَرَبَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi
اِضْطَرَبَ.
اِطَّرَدَ
اِطَّرَدَ asalnya اِطْتَرَدَ mengikuti
wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti
Tha’ karena demi mudahnya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq
dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِطْطَرَدَ kemudian Tha’ pertama di-idghamkan karena
dua huruf sejenis, maka menjadi
اِطَّرَدَ.
اِظَّهَرَ
اِظَّهَرَ asalnya اِظتَهَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi اِظطَهَرَ kemudian Tha’
diganti Zha’ karena sama-sama huruf isti’la’, maka menjadi اِظْظَهَرَ kemudian Zha’ pertama di-idghamkan karena
dua huruf sejenis, maka menjadi اِظَّهَرَ.
Qawaidul I’lal ke 17 » Huruf Ta’
pada wazan افتعل diganti Dal
إِذَا
كَانَ فَاءُ اِفْتَعَلَ دَالاً أوْ ذَالاً أوْ زَايًا قُلِبَتْ تَاؤُهُ دَالاً
لِعُسْرِالنُّطْقِ بِهَا بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ وَإنَّمَا تُقْلَبُ التَّاءُ
بِالدَّالِ لِقُرْبِهِمَا مَخْرَجًا نَحْوُ اِدَّرَأَ أَصْلُهُ اِدْتَرَأَ وَ
اِذَّكَرَ أَصْلُهُ اِذْتَكَرَ وَ اِزْدَجَرَ أَصْلُهُ اِزْتَجَرَ.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau
Zay, maka huruf Ta’ (Ta’ zaidah wazan اِفْتَعَلَ ) yang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut
harus diganti Dal, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’
karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: اِدَّرَأَ
asalnya اِدْتَرَأَ dan اِذَّكَرَ asalnya اِذْتَكَرَ dan اِزْدَجَرَ asalnya اِزْتَجَرَ.
Praktek I’lal:
اِدَّرَأَ
اِدَّرَأَ asalnya اِدْتَرَأَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi اِدْدَرَأَ. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena
satu jenis, maka menjadi اِدَّرَأَ.
اِذَّكَرَ
اِذَّكَرَ asalnya اِذْتَكَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi اِذْدَكَرَ.
kemudian Huruf Dal diganti
Dzal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِذْذَكَرَ kemudian dzal yang pertama di-idghamkan
pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi اِذَّكَرَ. (juga boleh dibaca Dal dengan di-i’lal sbb: kemudian Huruf
Dzal diganti Dal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِدْدَكَرَ kemudian
dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka
menjadi اِدَّكَرَ.)
اِزْدَجَرَ
اِزْدَجَرَ asalnya اِزْتَجَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi اِزْدَجَرَ.
Kaidah I’lal ke 18 » Fa’ Fi’il
pada wazan افتعل diganti Ta’
إِذَا
كَانَ فَاءُ اِفْتَعَلَ وَاوًا أوْ يَاءً أوْ ثَاءً قُلِبَتْ فَاؤُهُ تَاءً
لِعُسْرِالنُّطْقِ بِحَرْفِ اللَّيْنِ السَّاكِنِِ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنْ
مُقَارَبَةِ الْمَخْرَجِ وَمُنَافَاةِ الْوَصْفِ ِلأَنَّ حَرْفَ اللَّيْنِ
مَجْهُوْرَةٌ وَالتَّاءُ مَهْمُوْسَةٌ نَحْوُ اِتَّصَلَ أَصْلُهُ اِوْتَصَلَ
وَ اِتَّسَرَ أَصْلُهُ اِوْتَسَرَ وَ اِتَّغَرَ أَصْلُهُ اِثْتَغَرَ. (مُهِمَةٌ)
وَإنْ كَانَتْ ثَاءً يَجُوْزُ قُلْبُ تَاءِ اِفْتَعَلَ ثَاءً ِلاتِّحَادِهِمَا فِي
الْمَهْمُوْسِيَّةِ نَحْوُ اِثَّغَرَ أَصْلُهُ اِثْتَغَرَ.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan اِفْتَعَلَ berupa huruf wau, atau
Ya’, atau Tsa’, maka huruf Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena
sukarnya mengucapkah huruf “Layn” (لَيْن) sukun dengan huruf yang diantara
keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf
“layin” (و – ي) bersifat Jahr sedangkan huruf Ta’
bersifat Hams. Contoh: اِتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ
dan اِتَّسَرَ asalnya اِوْتَسَرَ dan اِتَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ. (penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb
berupa huruf Tsa’, boleh mengganti Ta’nya wazan اِفْتَعَلَ dengan Tsa’, karena
keduanya sama-sama bersifat Hams. contoh: اِثَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ.
Praktek I’lal:
اِتَّصَلَ
اِتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Wau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan
sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka
menjadi اِتْتَصَلَ kemudian Ta’
pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّصَلَ.
اِتَّسَرَ
اِتَّسَرَ asalnya اِوْتَسَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Wau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan
sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka
menjadi اِتْتَسَرَ kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’
kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّسَرَ.
اِتَّغَرَ
اِتَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ huruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama
bersifat Hams, maka menjadi اِتْتَغَرَ kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’
kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّغَرَ
Dan boleh
juga dibaca Tsa’ اِثَّّّّّغَرَ dengan Praktek I’lal sbb:
اِثَّّّّّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ mengikuti
wazan اِفْتَعَلَ
huruf Ta’ diganti Tsa’
karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi اِثْثَغَرَ kemudian
Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka
menjadi اِتَّغَرَ
Penting untuk
diketahui:
اِتَّخَذَ
اِتَّخَذَ asalnya اِئْتَخَذَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ huruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena
ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi اِيْتَخَذَ kemudian huruf Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka
menjadi اِتَّخَذَ.
* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni
termasuk dari perihal Syadz.
Kaidah I’lal
ke 18 » Fa’ Fi’il pada wazan افتعل diganti Ta’
إِذَا
كَانَ فَاءُ اِفْتَعَلَ وَاوًا أوْ يَاءً أوْ ثَاءً قُلِبَتْ فَاؤُهُ تَاءً
لِعُسْرِالنُّطْقِ بِحَرْفِ اللَّيْنِ السَّاكِنِِ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنْ
مُقَارَبَةِ الْمَخْرَجِ وَمُنَافَاةِ الْوَصْفِ ِلأَنَّ حَرْفَ اللَّيْنِ
مَجْهُوْرَةٌ وَالتَّاءُ مَهْمُوْسَةٌ نَحْوُ اِتَّصَلَ أَصْلُهُ اِوْتَصَلَ
وَ اِتَّسَرَ أَصْلُهُ اِوْتَسَرَ وَ اِتَّغَرَ أَصْلُهُ اِثْتَغَرَ. (مُهِمَةٌ)
وَإنْ كَانَتْ ثَاءً يَجُوْزُ قُلْبُ تَاءِ اِفْتَعَلَ ثَاءً ِلاتِّحَادِهِمَا فِي
الْمَهْمُوْسِيَّةِ نَحْوُ اِثَّغَرَ أَصْلُهُ اِثْتَغَرَ.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan اِفْتَعَلَ
berupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf Fa’ Fi’ilnya tersebut harus
diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” (لَيْن) sukun dengan huruf
yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan
sifatnya, karena huruf “layin” (و – ي) bersifat Jahr sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams.
Contoh: اِتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ
dan اِتَّسَرَ asalnya اِوْتَسَرَ dan اِتَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ. (penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa
huruf Tsa’, boleh mengganti Ta’nya wazan اِفْتَعَلَ dengan Tsa’, karena keduanya sama-sama bersifat
Hams. contoh: اِثَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ.
Praktek
I’lal:
اِتَّصَلَ
اِتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ mengikuti
wazan اِفْتَعَلَ Wau diganti Ta’ untuk mudahnya
mengucaplan huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan
bertentangan sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat
Hams, maka menjadi اِتْتَصَلَ kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua
huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّصَلَ.
اِتَّسَرَ
اِتَّسَرَ asalnya اِوْتَسَرَ mengikuti
wazan اِفْتَعَلَ Wau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan huruf Layn sukun dengan
huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf Layn bersifat
Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi
اِتْتَسَرَ kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua
huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّسَرَ.
اِتَّغَرَ
اِتَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ huruf Tsa’ diganti Ta’ karena
sama-sama bersifat Hams, maka menjadi اِتْتَغَرَ kemudian Ta’ pertama
di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّغَرَ
Dan
boleh juga dibaca Tsa’ اِثَّّّّّغَرَ dengan Praktek I’lal sbb:
اِثَّّّّّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ mengikuti
wazan اِفْتَعَلَ huruf Ta’
diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi اِثْثَغَرَ kemudian
Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka
menjadi اِتَّغَرَ
Penting
untuk diketahui:
اِتَّخَذَ
اِتَّخَذَ asalnya اِئْتَخَذَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ huruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena
ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi اِيْتَخَذَ kemudian
huruf Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka menjadi اِتَّخَذَ.
* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni
termasuk dari perihal Syadz.
Kaidah Ilal ke 19 » Huruf Ta’
wazan تَفَعَّلَ dan تَفَاعَلَ diganti dg huruf yang berdekatan makhrajnya
إذَا كَانَ
فَاءُ تَفَعَّلَ وَتَفَاعَلَ تَاءً أَوْ ثَاءً أوْ دَالاً أوْ ذَالاَ أَوْ زَايًا
أوْ سِيْنًا أَوْ شِيْنًا أَوْ صَادًا أَوْ ضَادًا أَوْ طَاءً أَوْ ظَاءً يَجُوْزُ
قَلْبُ تَائِهِمَا بِمَا يُقَارِبُهُ فِِي الْمَخْرَجِ ثُمَّ أُدْغِمَتِ
اْلاُوْلَى فِي الثَّانِيَّةِ بَعْدَ جَعْلِ أَوَّلِ الْمُتَقَارِبَيْنِ مِثْلَ
الثَّانِيْ لِلْمُجَانَسَةِ مَعَ اجْتِلاَبِ هَمْزَةِ الْوَصْلِ لِيُمْكِنَ
اْلاِبْتِدَاءُ بِالسَّاكِنِ نَحْوُ اِتَّرَسِ أّصْلُهُ تَتَرَّسَ وَاِثَّاقَلَ
أّصْلُهُ تَثَاقَلَ وَاِدَّثَّرَ أّصْلُهُ تَدَثَّرَ واِذَّكَّرَ
أّصْلُهُ تَذَكَّرَ وَاِزَّجَّرَ أّصْلُهُ تَزَجَّرَ وَاِسَّمَّعَ
أّصْلُهُ تَسَمَّعَ وَاِشَّقَّقَ أصله تَشَقَّقَ وَ اِصَّدَّقَ
أّصْلُهُ تَصَدَّقَ وَاِضَّرَّعَ أّصْلُهُ تَضَرَّعَ وَاِظَّهَّرَ
أّصْلُهُ تَظَهَّرَ وَاِطَّاهَرَ أّصْلُهُ تَطَاهَرَ.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan تَفَعَّلَ dan تَفَاعَلَ berupa huruf ت،
ث، د، ذ، ز، س, ش, ص، ض, ط, ظ، maka boleh Ta’ dari kedua wazan
tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrajnya, kemudian huruf
yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua, demikian ini setelah huruf
yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya tersebut, dijadikan
serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal agar
memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: اِتَّرَسِ asalnya تَتَرَّسَ dan اِثَّاقَلَ asalnya تَثَاقَلَ dan اِدَّثَّرَ asalnya تَدَثَّرَ dan ذَّكَّرَ asalnya تَذَكَّرَ dan اِزَّجَّرَ asalnya
تَزَجَّرَ dan
اِسَّمَّعَ asalnya
تَسَمَّعَ dan
اِشَّقَّقَ asalnya
تَشَقَّقَ dan
اِصَّدَّقَ asalnya
تَصَدَّقَ dan
اِضَّرَّعَ asalnya
تَضَرَّعَ dan
اِظَّهَّرَ asalnya
تَظَهَّرَ dan
اِطَّاهَرَ asalnya
تَطَاهَرَ .
Praktek I’lal :
اِتَّرَسَ
اِتَّرَسَ asalnya تَتَرَّسَ
mengikuti wazan تَفَعَّلَ huruf Ta’ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat idgham
maka menjadi تْتَرَّسَ maka Ta’ yang pertama di-idghamkan pada Ta’ yang kedua karena
dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar
memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi اِتَّرَسَ
اِثَّاقَلَ
اِثَّاقَلَ asalnya تَثَاقَلَ mengikuti
wazan تَفَاعَلَ huruf Ta’
diganti Tsa’ karena berdekatan Makhrojnyamaka menjadi ثَثَاقَلَ kemudian huruf Tsa’ yang pertama
disukunkan sebagai sebab syarat idgham maka menjadi ثَثَاقَلَ maka Tsa’ yang pertama di-idghamkan
pada Tsa’ yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar
memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi اِثَّاقَلَ
Perhatian :
I’lal
dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan
musti. Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang
banyak digunakan adalah berupa bentuk asalnya.
Belajar I’lal
Tujuan I’lal
adalah merubah Huruf Illat seperti Wau, Alif dan Ya’, supaya ringan dan mudah
dalam mengucapkannya. Untuk mempelajarinya, tentunya terlebih dahulu kita harus
mengenal Wazan-wazan Fi’il, seperti:
Juga mengenal Bina’ pada tiap-tiap kalimah, seperti:
Cara merubah
huruf-huruf illat tersebut, terkadang dengan cara menukar, memindahkan tanda
baca/harakat/syakal, disukunkan, bahkan sampai membuang huruf. Semua cara itu
tentu ada kaidahnya masing-masing, yang dikenal dengan Kaidah I’lal. Contohnya
seperti: صَانَ asal bentuknya صَوَنَ huruf Wau diganti Alif alasannya karena huruf
illat Wau tersebut mendapat harkat sedangkan sebelumnya ada Huruf yang
berharkat Fathah. Contoh lain seperti: يَصُوْنُ asal bentuknya adalah يَصْوُنُ mengikuti
wazan يَفْعُلُ harkat Wau dipindah ke huruf sebelumnya alasannya karenah
sebelum Wau ada Huruf Shohih yang tidak mendapatkan Harkat alias Sukun. Dan
sebagainya.
Kesimpulannya,
untuk lebih memudahkan melaksanakan praktek I’lal ini, kita harus
mengetahui dulu bentuk kalimah menurut tashrif nya, mengetahui Bina’ nya, dan
yang terpenting mengetahui kaidah-kaidahnya yang berjumlah 19 KAIDAH
I’LAL.
Fiil Tsulasi Mazid
Sebagaimana kita pelajari sebelumnya,
bahwa bentuk dasar Kalimah Fi’il itu ada dua, Fi’il Tsulatsi (Fi’il
bangsa tiga huruf) dan Fi’il Ruba’i (Fi’il bangsa empat huruf). Masing-masing
dari Tsulatsi dan Ruba’i tersebut ada yang mujarrod: artinya tidak ada huruf
tambahan pada Fi’il Madhinya, sebagaimana contoh yang telah diposting pada
halaman-halaman sebelumnya. Kemudian ada yang Mazid: artinya pada Tsulatsi dan
Ruba’i tersebut ada tambahan huruf, sehingga dinamakan Fi’il Tsulatsi Mazid
atau Fi’il Ruba’i Mazid.
Fi’il Tsulatsi Mujarrad
Untuk lebih
mengenal bentuk Bina’ pada tiap-tiap kalimah, terlebih dahulu kita harus
mengetahui bentuk kata kerjanya dilihat dari Fi’il Madhinya. Asal bentuk Fi’il
Madhi itu ada dua macam, Fi’il Tsulatsiy adalah kalimah bangsa tiga huruf, dan Fi’il
Ruba’iy adalah kalimah bangsa empat huruf.
Apabila pada Fi’il
Madhinya tersebut berjumlah asal tiga huruf maka dinamakan Fi’il Tsulatsi
Mujarrad, dimana jumlah wazannya ada 6 Bab, sebagaimana tabel berikut:
WAZAN
|
MAUZUN
|
فَعَلَ يَفعُلُ
|
نَصَرَ يَنْصُرُ
|
فَعَلَ يَفْعِلُ
|
ضَرَبَ يَضْرِبُ
|
فَعَلَ يَفْعَلُ
|
مَنَحَ يَمْنَحُ
|
فَعِلَ يَفْعَلُ
|
فَضِلَ يَفْضَل
|
فَعُلَ يَفْعُلُ
|
حسُن يحسُن
|
فَعلَ يَفْعِلُ
|
حَسِبَ يَحْسِبُ
|
Contoh
Tashrif Fi’il Tsulatsi Mujarrad Wazan Bab 1
CONTOH PERUBAHAN BENTUK KATA
الَّصْرِيْفُ اْلاِصْطِلاَحِيُّ
TASHRIF
ISHTHILAHIY
FI’IL TSULATSI MUJARRAD
WAZAN BAB 1
ISIM ALAT
|
ZAMAN/ TEMPAT
|
FI’IL NAHI
|
FI’IL AMAR
|
ISIM MAF’UL
|
ISIM FA’IL
|
ISIM MASDAR
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
KET.
|
مِفْعَلٌ
|
مَفْعَلٌ
|
لاَتَفْعُلْ
|
اُفْعُلْ
|
مَفْعُوْلٌ
|
فَاعِلٌ
|
فَعْلاً
|
يَفْعُلُ
|
فَعَلَ
|
BENTUK WAZAN
|
perkakas kerja
|
waktu/ tempat kerja
|
jangan kerjakan!
|
kerjakan!
|
bahan pekerjaan
|
si perkerja
|
kerja
|
akan/ sedang bekerja
|
sudah bekerja
|
FUNGSI MAKNA
|
مِنْصَرٌ
|
مَنْصَرٌ
|
لاَتَنْصُرْ
|
اُنْصُرْ
|
مَنْصُوْرٌ
|
نَاصِرٌ
|
نَصْرًا
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
BINA’ SHAHIH
|
alat penolong
|
waktu/ tempat pertolongan
|
janganlah ditolong!
|
tolonglah! olehmu
|
yg mendapat pertolongan
|
sang penolong
|
pertolongan
|
ia akan/ sedang menolong
|
ia sudah menolong
|
FUNGSI MAKNA
|
مِمَدٌّ
|
مَمَدٌّ
|
لاَتَمُدَّ
|
مُدَّ
|
مَمْدُوْدٌ
|
مَادٌّ
|
مَدًّا
|
يَمُدُّ
|
مَدَّ
|
BINA’ MUDHA’AF
|
peralatan peman-jangan
|
waktu/ tempat peman-jangan
|
jangan meman-jangkan
|
panjangkan!
|
yang panjang
|
si pemanjang
|
peman-jangan
|
ia akan/
sedang meman-jangkan
|
ia sudah meman-jangkan
|
FUNGSI MAKNA
|
مِصْوَنٌ
|
مَصَانٌ
|
لاَتَصُنْ
|
صُنْ
|
مَصُوْنٌ
|
صَائِنٌ
|
صَوْنًا
|
يَصُوْنُ
|
صَانَ
|
BINA’ AJWAF WAWIY
|
alat penjagaan
|
waktu/ tempat penjagaan
|
jangan menjaga!
|
jagalah!
|
yg terjaga/ terpelihara
|
si penjaga
|
penjagaan
|
akan/ sedang menjaga
|
sudah menjaga
|
FUNGSI MAKNA
|
مِغْزًى
|
مَغْزًى
|
لاَتَغْزً
|
اُغْزُ
|
مَغْزُوُّ
|
غَازٍ
|
غَزْوًا
|
يَغْزُوْ
|
غَزَا
|
BINA’ NAQISH WAWIY
|
alat untuk mencari
|
waktu/ tempat pencarian
|
jangan dicari!
|
carilah!
|
suatu yg dicari
|
si pencari
|
pencarian
|
akan/ sedang mencari
|
sudah mencari
|
FUNGSI MAKNA
|
مِئْمَلٌ
|
مَأْمَلٌ
|
لاَتَأْمُلْ
|
أُوْمُلْ
|
مَأْمُوْلٌ
|
آمِلٌ
|
أَمَلاً
|
يَأْمُلُ
|
أَمَلَ
|
BINA’ MAHMUZ FA’
|
alat peng-harapan
|
waktu/ tempat mengharap
|
jangan meng-harap!
|
ber-haraplah!
|
yang di-harap
|
sang pengharap
|
harapan
|
akan/ sedang meng-harap
|
telah meng-harap
|
FUNGSI MAK
|
Fi’il Tsulatsi Mazid:
Ada yang
ditambah satu huruf, seperti أَفْعَلَ (dengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’
Fi’il). فَاعَلَ (ada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). فَعَّلَ (ada tambahan ‘Ain,
menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i.
Ada yang
ditambah dua huruf, seperti تَفَاعَلَ (tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif
diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). انْفَعَلَ (tambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il).
تَفَعَّلَ
(tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). افْتَعَلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Ta’
diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). افْعَلَّ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan
Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi
Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: اسْتَفْعَلَ
(ditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il). افْعَالَّ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif
sebelum ‘Ain Fi’il dan Double Lam). افْعَوْعَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau
sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum Lam Fi’il). افْعَنْلَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun
sebelum Lam Fi’il dan Lam sesudah Lam Fi’il). افْعَنْلَى (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun
sebelum Lam Fi’il dan Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il). افْعَوَّلَ (tambahan
Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il
Tsulatsi Mazid Sudasi
Untuk
lebih mudahnya kita lihat wazan-wazan tabel berikut:
WAZAN
|
MAUZUN
|
أَفْعَلَ يُفْعِلُ إفْعَالاً
|
أَكْرَم يُكْرِم
إكْراماً
|
فَعّلَ يُفَعِّلُ
تَفْعيلاً
|
فَرَّحَ يُفَرِّحُ تَفْرِيحاً
|
فَاعَلَ يُفَاعِلُ مُفَاعَلَةً وفِعَالاً وفِيْعَالاً
|
قَاتَلَ يُقَاتِلُ مُقَاتَلَةً
وقِتَالاً وقِيْتَالاً
|
انْفَعَلَ يَنْفَعِلُ انْفِعَالاً
|
انْكَسَرَ يَنْكَسِرُ انْكِسَارَاً
|
افْتَعَلَ يَفْتَعِلُ
افْتِعَالاً
|
اجْتَمَعَ يَجْتَمِعُ
اجْتِمَاعَاً
|
افْعَلَّ يَفْعَلُّ
افْعَلالاً
|
احْمَرَّ يَحْمَرُّ
احْمِرَارَاً
|
تَفَعَّلَ يَتَفَعَّلُ
تفعُّلاً
|
تَكَلَّمَ يَتَكَلَّمُ
تَكَلُّمَاً
|
تَفَاعَلَ يَتَفَاعَل تَفَاعُلاً
|
تَبَاعَدَ يَتَبَاعَدُ تَبَاعُدَاً
|
اسْتَفْعَلَ يَسْتَفْعِل اسْتِفْعَالاً
|
اسْتَخْرَجَ يَسْتَخْرِجُ اسْتِخْرَاجَاً
|
افْعَوْعَلَ يَفْعَوْعَلُ افْعِيْعَالاً
|
اعْشَوْشَبَ يَعْشَوْشَبُ اعْشِيْشَابَاً
|
افْعَوَّلَ يَفْعَوَّلُ افْعُوَّالاً
|
اجَلَوَّذّ يَجْلَوَّذُ اجْلَوَّاذاً
|
افْعَالَّ يَفْعَالُّ افْعِيْعَالاً
|
احْمَارَّ يَحْمَارُّ احْمِيرَارَاً
|
Fi’il Ruba’i Mujarrod
Untuk mengetahui
bentuk Bina’ pada tiap-tiap kalimah Bahasa Arab, terlebih dahulu kita
harus mengenal bentuk Fi’il Madhinya. Asal bentuk Fi’il Madhi ada dua macam:
1. Fi’il
Tsulatsiy/kalimah bangsa tiga huruf.
2. Fi’il
Ruba’iy/kalimah bangsa empat huruf.
Apabila pada Fi’il
Madhinya tersebut berjumlah empat huruf asal, maka dinamakan Fi’il
Ruba’i Mujarrad, dimana wazannya ada satu, sebagaimana tabel berikut:
WAZAN
|
MAUZUN
|
فَْعْلَلَ يُفَعْلِلُ فَعْلَلَةً فِعْلاَلاً
|
دَحْرَجَ يُدَحْرِجُ دَحْرَجَةً دِحْرَاجًا
|
|
|
|
|
Fi’il Ruba’i Mazid:
Ada yang ditambah satu huruf, seperti تَفَعْلَلَ (dengan
ditambahi Ta’ didepan Fa’ Fi’il). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi
Ada yang ditambah dua huruf, seperti افْعَنْلَلَ (tambahan
Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Nun diantara ‘Ain Fi’il dan Lam Fi’il pertama). افعَلَلَّ
(tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam pada Lam Fi’il kedua). Disebut
Fi’il
Ruba’i Mazid Sudasi.
Wazan Fiil Ruba’i Mazid ada 3 Bab,
sebagaimana tabel berikut:
WAZAN
|
MAUZUN
|
تَفَعْلَلَ يَتَفَعْلَلُ تَفَعْلُلاً
|
تَدَحْرَجَ يَتَدَحْرَجُ
تَدَحْرُجَاً
|
افْعَنْلَلَ يَفْعَنْلِل
افْعِنْلالاً
|
احْرَنْجَمَ يَحْرَنْجَمُ احْرِنْجَامَاً
|
افعَلَلَّ يَفْعَلِلُّ افْعِلالاً
|
اقْشَعَرَّ يَقْشَعِرُّ اقْشِعْرَارَاً
|
Fi’il Mulhaq Ruba’i Mujarrod dan
Mulhaq Ruba’i Mazid
Selain dari Fi’il
Tsulatsi dan Fi’il Ruba’i, maka ada lagi yang disebut Mulhaq Ruba’i. Baik
mulhaq kepada Ruba’i Mujarrod atau mulhaq kepada Ruba’i Mazid. Sebagaimana
Tabel berikut ini:
Fi’il Mulhaq Ruba’i Mujarrad, ada 6
Bab.
WAZAN
|
MAUZUN
|
فَوْعَلَ يُفَوْعِلَ فَوْعَلَةً وفِيْعَالاً
|
حَوْقَلَ يُحَوْقِلُ
حَوْقَلَةً
وحِيْقَالاً
|
فَيْعَلَ يُفَيْعِلُ فَيْعَلَهً وفِيْعَالاً
|
بَيْطَرَ يُبَيْطِرُ
بَيْطَرَةً
وبِيْطَارَاً
|
فَعْوَلَ يُفَعْوِل فَعْوَلَةً وفِعْوَالاً
|
جَهْوَرَ يُجَهْوِرُ جَهْوَرَةً وجِهْوَارَاً
|
فَعْيَلَ يُفَعْيِل فَعْيَلَةً وفِعْيَالاً
|
عَثْيَرَ يُعَثْيُرُ عَثْيَرَةً وعِثْيَاراً
|
فَعْلَلَ يُفَعْلِلُ فَعْلَلَةً وفِعْلالاً
|
جَلْبَبَ يُجَلْبِبُ جَلْبَبَةً وجِلْبَابَاً
|
فَعْلَى يُفَعْلى فَعْلَيَةً وفَعْلاءً
|
سَلْقَى يُسَلْقَى سَلْقَيَةً وسَلْقَاءً
|
|
|
Fi’il Mulhaq Ruba’i Mazid, ada 7 Bab.
WAZAN
|
MAUZUN
|
تَفَعْلَلَ يَتَفَعْلَل تَفَعْلُلاً
|
تجلبب يتجلبب تجلبباً
|
تَفَوْعَلَ يَتَفَوْعَلُ تَفَوْعُلاً
|
تَجَوْرَبَ يَتَجَوْرَبُ تَجَوْرُبَاً
|
تَفَيْعَلَ يَتَفَيْعَلُ تَفَيْعُلاً
|
تَشَيْطَنَ يَتَشَيْطَنُ تَشَيْطُنَاً
|
تَفَعْوَلَ يَتَفَعْوَلُ تَفَعْوُلاً
|
تَرَهْوَكَ يَتَرَهْوَكُ تَرَهْوُكَاً
|
تَفَعْلَى يتَفَعْلَى تَفَعْلِيِاً
|
تَسَلْقَى يَتَسَلْقَى تَسَلْقِيَاً
|
افْعَنْلَلَ يَفْعَنْلِل افْعِنْلالاً
|
اقْعَنْسَسَ يَقَعَنْسَسُ اقْعِنْسَاسَاً
|
افْعَنْلَى يَفْعَنْلَى افْعِنْلاءً
|
اسْلَنْقَى يَسْلَنْقَى اسْلِنْقَاءً
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| | | | | | | | |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|